Ada tiga syarat utama yang sulit dipenuhi oleh Business Opportunity, salah satunya adalah neraca perkembangan usaha selama lima tahun terakhir.
Waralaba atau franchise adalah peluang usaha yang sangat diminati karena murah dan mudah untuk dijalankan. Memiliki segmen pasar yang luas dengan risiko yang kecil, franchise mendatangkan keuntungan yang besar. Tapi jangan salah, peluang usaha yang serupa, yakni business opportunity atau BO juga menawarkan bisnis yang sama menguntungkan. Bahkan, oleh sebagian orang, BO masih disebut sebagai franchise.
Tahukah Anda, di mana letak perbedaan antara franchise dan BO? Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), Drs Anang Suhandar, menjelaskan, kedua peluang bisnis tersebut sama-sama memberikan keuntungan, namun soal kemapanan dan kualitas, menurut Anang, franchise lebih layak untuk dijalankan.
“Di Indonesia memang lebih banyak BO dibandingkan dengan franchise. Parahnya, banyak BO yang mengaku dirinya sebagai franchise,” kata Anang.
Anang bilang, ada tiga hal utama yang menjadi persyaratan sebuah peluang bisnis dikatakan sebagai franchise. Pertama, usaha tersebut harus sudah terbukti berhasil.
“Pemilik usaha harus bisa menunjukkan neraca perkembangannya usahanya selama lima tahun terakhir,” terangnya.
Kedua, dia melanjutkan, usaha ini harus mempunyai keunikan, baik pada produk, maupun brand dan tampilan dari franchise tersebut. Ketiga, usaha tersebut harus memiliki atau mempunyai contoh cabang yang berhasil. Dalam hal ini, cabang tersebut sudah ramai didatangi atau dikunjungi konsumen.
“Inilah syarat-syarat yang sangat sulit dipenuhi atau dicapai oleh pemilik usaha BO. Hal ini pula yang menjadi hambatan kenapa BO sulit masuk ke dalam kategori franchise,” tegasnya.
Waralaba atau franchise adalah peluang usaha yang sangat diminati karena murah dan mudah untuk dijalankan. Memiliki segmen pasar yang luas dengan risiko yang kecil, franchise mendatangkan keuntungan yang besar. Tapi jangan salah, peluang usaha yang serupa, yakni business opportunity atau BO juga menawarkan bisnis yang sama menguntungkan. Bahkan, oleh sebagian orang, BO masih disebut sebagai franchise.
Tahukah Anda, di mana letak perbedaan antara franchise dan BO? Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), Drs Anang Suhandar, menjelaskan, kedua peluang bisnis tersebut sama-sama memberikan keuntungan, namun soal kemapanan dan kualitas, menurut Anang, franchise lebih layak untuk dijalankan.
“Di Indonesia memang lebih banyak BO dibandingkan dengan franchise. Parahnya, banyak BO yang mengaku dirinya sebagai franchise,” kata Anang.
Anang bilang, ada tiga hal utama yang menjadi persyaratan sebuah peluang bisnis dikatakan sebagai franchise. Pertama, usaha tersebut harus sudah terbukti berhasil.
“Pemilik usaha harus bisa menunjukkan neraca perkembangannya usahanya selama lima tahun terakhir,” terangnya.
Kedua, dia melanjutkan, usaha ini harus mempunyai keunikan, baik pada produk, maupun brand dan tampilan dari franchise tersebut. Ketiga, usaha tersebut harus memiliki atau mempunyai contoh cabang yang berhasil. Dalam hal ini, cabang tersebut sudah ramai didatangi atau dikunjungi konsumen.
“Inilah syarat-syarat yang sangat sulit dipenuhi atau dicapai oleh pemilik usaha BO. Hal ini pula yang menjadi hambatan kenapa BO sulit masuk ke dalam kategori franchise,” tegasnya.
Sistem business opportunity adalah sebuah sistem usaha yang hanya membutuhkan modal dalam jumlah kecil (mulai dari Rp 1,5 juta). Cirinya ialah usaha dengan sistem ini bisa dijalankan dengan ketentuan jual beli putus. Merek atau nama sudah ada dan mitra bisnis berhak untuk menggunakan atau tidak. Kegiatan promosi tetap dilakukan tetapi tidak wajib. Usaha yang dijalankan akan bisa berubah statusnya menjadi Mandiri. Selain itu, tingkat keberhasilan pengelolaan usaha juga lebih tinggi jika ditilik dari berbagai aspek. Dan pengembangan usaha selanjutnya juga lebih bebas, tanpa campur tangan terlalu banyak pihak.
Sistem business opportunity biasanya membutuhkan biaya yang ditetapkan oleh pemilik. Umumnya berupa biaya pembelian merek dan sistem bisnis yang digunakan, atau biaya pembelian kemitraannya serta biaya royalti (biaya yang dibayarkan sesuai omset penjualan).
Biaya royalti dihitung dari persentase omset yang didapatkan setiap bulannya. Besarannya bisa bervariasi. Sebagian besar yang lain tidak memberikan jumlah royalti minimum tetapi ada juga yang melakukannya.
Selain biaya royalti, bisa juga ada biaya iklan yang berdampingan. Dengan kata lain, ada jumlah tertentu yang dialokasikan untuk royalti dan sebagian lain untuk biaya iklan rutin.
Istilah yang lebih sesuai selain biaya royalti dalam konteks ini ialah biaya kemitraan. Pemungutan biaya kemitraan atau partnership fee dalam usaha bersistem business opportunity tergolong wajar sepanjang tidka bertentangan dengan perjanjian kerjasama kemitraan yang telah disepakati sebelumnya antara kedua belah pihak (pemilik bisnis dan mitra bisnis).
Sistem business opportunity biasanya membutuhkan biaya yang ditetapkan oleh pemilik. Umumnya berupa biaya pembelian merek dan sistem bisnis yang digunakan, atau biaya pembelian kemitraannya serta biaya royalti (biaya yang dibayarkan sesuai omset penjualan).
Biaya royalti dihitung dari persentase omset yang didapatkan setiap bulannya. Besarannya bisa bervariasi. Sebagian besar yang lain tidak memberikan jumlah royalti minimum tetapi ada juga yang melakukannya.
Selain biaya royalti, bisa juga ada biaya iklan yang berdampingan. Dengan kata lain, ada jumlah tertentu yang dialokasikan untuk royalti dan sebagian lain untuk biaya iklan rutin.
Istilah yang lebih sesuai selain biaya royalti dalam konteks ini ialah biaya kemitraan. Pemungutan biaya kemitraan atau partnership fee dalam usaha bersistem business opportunity tergolong wajar sepanjang tidka bertentangan dengan perjanjian kerjasama kemitraan yang telah disepakati sebelumnya antara kedua belah pihak (pemilik bisnis dan mitra bisnis).
Untuk menentukan besarnya royalti tidak ada standar bakunya yang jelas dan seragam. Jumlah biaya kemitraan ditentukan secara fleksibel dengan berdasarkan pada banyak faktor. Faktor-faktor yang berpengaruh contohnya ialah merek dagang, pemasukan tunai kotor, luas gerai/ kios, omset, jenis dan kelayakan usaha dan sebagainya.
Faktor-faktor lain biasanya berhubungan dengan omset dan nilai investasinya, banyak sedikitnya gerai, kapasitas usaha yang berkenaan dengan mereka di pasar juga bisa berkontribusi dalam penentuan biaya kemitraan. Nilai investasi sebuah usaha juga bisa ditingkatkan dengan jaringan distribusi yang luas, lokasi, dan omset penjualan.
0 komentar:
Posting Komentar